Sabtu, 16 Juni 2012

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA USMAN BIN AFFAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan dan kita lihat. Dari banyaknya kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi dunia. Kita mengetahui suatu hal pastinya ada seseorang yang memberitahu baik dengan cara apapun, bercerita, membaca karya seseorang, melihat dan lain sebagainya. Akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga dan bahkan tak ternilai harganya apabila kita mempelajari sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa memotifasi kita dalam berjuan dalam kehidupan.
Ir. Soekarno juga mengingatkan kepada kita dengan wejangan “ JAS MERAH” Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Dari sejarah pula kita mengetahi akibat-akibat yang timbul dari suatu perbuatan baik perbuatan itu buruk atau baik. Terutama kita sebagai mahluk yang hidup setelah para mahluk yang terdahulu, tentunya sangat memerlukan pengetahuan tentang mereka yang telah sukses dalam kehidupannya. Mereka adalah cermin bagi kita untuk panutan umat selanjutnya.

Kholafaur Rosidin adalah para sahabat nabi yang setia mendampingi perjuangan Nabi, mereka menggantikan perjuangan dengan tetap memegang ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan pada makalah ini Kholifah Utsman bin Affan. Pada masa itu usman  mengembangkan peradaban sebagai bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan kholifah sebelumnya yaitu Abu Bakar dan Umar. Maka kita sebagai umat yang hidup setelah mereka akan mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti perjalanan-nya.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang kami paparkan sedemikian rupa, ada beberapa cakupan masalah yang timbul yang dapat kami rumuskan, yaitu:
1.        Siapakah Utsman Bin Affan?
2.        Bagaimana Proses pemilihannya sebagai Kholifah?
3.        Apa yang beliau sampaikan setelah dibaiat?
4.        Bagaimana kebijakan mereka dalam hal politik, ekonomi dan sebagainya?
5.        Bagaimana gaya kepemimpinanya?
6.        Peristiwa apa yang terjadi pada kekholifahannya, peperangan,pemberontakan, dan peristiwa penting lainnya?
7.        Kapan dan mengapa kekholifahan beliau berakhir ?

C.    Tujuan
Makalah sederhana ini megurai berbagai hal yang meliputi:
1.        Masa pemerintahan Kholifah Utsman
2.        Proses pemilihan Kholifah Utsman
3.        Isi pidato mereka setelah dibaiat dan analisis isi pidatonya
4.        Beberbagai kebijakan dari berbagai segi baik politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lainnya
5.        Gaya kepemipinan mereka
6.        Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kekholifahan mereka
7.        Berakhirnya kekholifahan terkait pembunuhan terhadap Utsman



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Usman Bin Affan
Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif [[1]]dan merupakan keturunan keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy. Ia mendapatkan kehormatan menikahi dua orang putri Rasulullah SAW, yaitu Ruqayyah dan Ummi Kultsum sehingga diberi julukan Dzu al-Nurain.
Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang kaya raya. Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan dermawan. Ketika telah memeluk agama Islam, pada usia usia 34 tahun bersama Thalhah bin Ubaidilah, selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal sebagai seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW memerintahkan Utsman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang sakit keras.
Sebagai seorang hartawan yang kaya raya, Utsman mempergunakan hartanya demi kejayaan Islam. Ia tak segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang, maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama Islam.

B.       Proses Pengangkatan Usman Bin Affan
Menjelang wafatnya Umar bin Khattab, beliau menunjuk 6 orang sahabatnya untuk dicalonkan sebagai pengganti. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah [[2]]. Keenam orang tersebut disebut sebagai Ahlul Halli wal Aqdi.
Alasan Umar menunjuk keenam orang tersebut karena ia merasa tidak sebaik Abu Bakar dalam menunjuk penggantinya, juga tidak sebaik Rasulullah SAW untuk membiarkan para sahabat memilih pengganti. Maka diambillah jalan tengah dengan membentuk tim formatur untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya. [[3]]
Karena kelompok tersebut  beranggotakan 6 orang, maka untuk mencegah terjadinya suara yang sama ketika diadakan voting, dimasukkanlah Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab. Abdullah bin Umar hanya berhak memilih, namun tak berhak untuk dipilih sebagai khalifah. Dari hasil voting, terpilihlah Utsman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Ia dipilih pada bulan Dzulhidzah tahun 23 H dan dilantik pada awal Muharram 24 H.
Setelah disepakati bersama, mereka membai’at Utsman dan diikuti oleh umat islam. Pada saat pembaiatan telah selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin diantara pidatonya adalah:
Alhamdulillah, wahai para manusia bertaqwalah kalian kepada allah!, sesungguhnya dunia yang telah diberitahukan kepada kita oleh Allah bahwa ia hanyalah permainan, hiburan,penghias, keangkuhan diantara kalian dan memperbanyak harta dan anak. Seperti hujan lebat yang membuat orang kafir terlena kepada tumbuhan yang tumbuh dan dikemudian hari berubah menguning dan hancur (membusuk), di akhirat nanti ada tiga hal, siksa Allah yang sangat pedih, pengampunan dan ridhoNya. Tiada kehidupan dunia kecuali hanyalah kenikmatan yang menipu, hamba yang paling baik adalah orang yang menyerah dan menyandarkan diri pada Allah dan kitabNya waktu di dunia[[4]]

C.    Gaya Kepemimpinan
Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan humanis. Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme dalam pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat pejabat-pejabat Negara dari kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat di luar kerabat beliau. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan dan pergolakan pemerintahannya. Namun demikian, semasa kepemimpinannya Kholifah Utsman berhasil mengkodifikasikan mushaf Al-Qur’an yang merupakan salah satu keberhasilan yang luar biasa.[[5]]

D.    Ekspansi Daerah Kekuasaan
Utsman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik, pada masa pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan daerah islam dan merupakan khalifah yang paling banyak melakukan perluasan. Hal ini sebanding dengan lamanya ia menjabat sebagai khalifah. Pada masanya, Islam telah berkembang pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia. Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena tingginya semangat dakwah menyebarkan agama Islam. Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang santun dan adil membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah tersebut.

Selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk mencapai daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman berinisiatif untuk membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut. Hal ini semakin memperkuat alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut.

E.     Perekonomian
Dari segi ekonomi, yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Ustman hanya melanjutkan pelaksanaan yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Namun, pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena terlalu banyak mengambil uang dari baitul maal untuk diberikan kepada kerabat-kerabatnya. Padahal, tujuan dari pemberian uang tersebut karena Utsman ingin menjaga tali silaturahim. Selain itu, disamping dari segi baitul maal, Utsman juga meningkatkan pertanian. Ia memerintahkan untuk menggunakan lahan-lahan yang tak terpakai sebagai lahan pertanian.
Dari segi pajak, Utsman, sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan yang telah ada pada masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan pajak tidak berjalan baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi memperlancar ekonomi dalam hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan fasilitas, seperti perbaikan jalan-jalan dan sebagainya.
F.     Sosial Budaya dan Pendidikan

Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam[[6]]. Dengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al Qur’an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.
Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an menurut lahjah (dialek)  masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi[[7]].Akhirnya sahabat Huzaifah bin  Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.

G.    Akhir Kekhalifahan
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan masa pemerintahan yang buruk[[8]]. Pada akhir pemerintahan Utsman, terjadi banyak konflik, seperti tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang Negara. Tuduhan pemborosan uang Negara karena Utsman dianggap terlalu boros mengambil uang baitul maal untuk diberikan kepada kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena Utsman dianggap mengangkat pejabat-pejabat yang merupakan kerabatnya. Padahal, tuduhan ini terbukti tidak benar karena tidak semuanya pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segan-segan untuk menghukum dan memecatnya.
Sayangnya, tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah, bukan Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya untuk mencegah kekacauan yang lebih lanjut.

H.    Terbunuhnya Khalifah Utsman
Utsman bin Affan terbunuh di rumahnya sendiri pada saat penduduk mesir dan kuffah beranggapan bahwa Utsman telah melakukan nepotisme dan didukungnya golongan yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib dan berharap Ali yang menjadi kholifah. Anggapan tersebut muncul dari seorang berdarah yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’, hingga akhirnya mereka pergi ke Madinah untuk meminta Utsaman memecat pejabat yang dianggap menyeleweng atau mengundurkan diri dari kekholifahan, tetapi permitaan itu ditolak oleh Utsman.

Penolakan tersebut mengakibatkan konflik yang sangat besar. Mereka mengepung rumah Utsman dan menyusup kedalam. Utsman yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an dan berpuasa dibunuh oleh Hamron bin Sudan As Syaqy yang kemudian membuka pintu perpecahan antara kaum muslimin.[[9]]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dari sejarah peradaban pada masa kholifah Utsman, kita melihat berbagai pengetahuan tentang bagaimana agama islam berkembang pada masa kekholifahan usman. Ada berbagai perkembangan yang ada pada saat itu, diantaranya perkembangan dari segi ekonomi, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. Usman juga memiliki gaya kepemimpinan yang tersendiri, hal itu sesuai dengan karakter dan pendirian beliau.
Pada masa Usman Bin Affan terjadi berbagai peristiwa yang menjadi sebuah sejarah penting bagi umat setelahnya sebagai pelajaran yang berharga. Dari berbagai peristiwa itu dia menyikapi dengan penuh ikhlas dan perjuangan. Walaupun hingga akhirnya dia terbunuh karena agama Allah.

B.     Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, semua ini dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Walaupun demikian penulis berharap mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya Khususnya untuk keberhasilan dan kemajuan dalam bidang berdakwah
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Mudah-mudahan amal kebaikan kita dapat digantikan dengan pahala yang berlipat ganda.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jabar Umar, khulasotun Nuril Yaqin juz 3, Surabaya, Maktabah Al Hikmah, 1965.
Abdurrahman Dudung, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009
Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009,.
Karim, M abdul Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007.
Santoso Agus, Modul Hikamah SKI kelas XII semester ganjil, Sragen, Akik Pusaka, 2009.
Shaban, Islamic History, a New Interpretation, London: Cambridge University Press, 1971.
Zainudin Muhadi, Abd. Mustaqim, Studi kepemimpinan Islam, Semarang, Toha putra, 2008


[1] . M Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007, hal.89.
[2] . Drs H. Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 209, hal.54.
[3] . M Abdul Karim, Op,Cit,. Hal.88.
[4] . Umar Abdul Jabbar, “Kholasotu Nuril Yaqin,” Maktabah Al Hikmah,1985, Hal 44.
[5] . Abd Mustaqim, “Studi Kepemimpinan Islam,” Putra Mediatama Press, 2008, Hal 73-74.
[6] . Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009, Hal.59.
[7] . Ibid,. Hal.58.
[8]. M.A. Shaban, Islamic History, a New Interpretation, London: Cambridge University Press, 1971.
[9] . Dudung Abdurrahman, Op,Cit,.Hal. 48.