BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Para ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan
perhatian yang besar terhadap penyelidikan surat-surat Al-Qur’an. Mereka
meneliti al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai
dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan
lebih dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola
kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada
peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makkiyah
dan Madaniyah.
Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi
bagian terpenting para sahabat dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di
dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya
di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk
kelompok Madaniyah atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam
kategori Makkiyah, dan sebagainya. Pada intinya persoalan ini telah menjadi
perhatian urgen pada masa sahabat (Al-Qathathan, 1996:72).
Bahkan salah satu tokoh Mufassir pada masa
sahabat, misalnya Ibn Abbas pernah menyatakan, “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan
selain Dia. Tidak diturunkannya satu ayat pun dari kitab Al-Qur’an, kecuali
saya mengetahuinya. Di mana diturunkan, jika saya tahu, bahwa ada seseorang
yang lebih tahu daripada saya tentang kitab Allah, meskipun misalnya itu
disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan mengunjunginya”. Pernyataan Ibn Abbas
ini, bukan suatu ungkapan kesombongan tetapi merupakan pernyataan betapa besar
perhatian Ibn Abbas terhadap Ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Tema-tema seputar Makkiyah dan Madaniyah ini
sangat banyak ragam penyelidikannya. Abu al-Qasim al Hasan al Muhammad bin
Habib al-Nasyaburi menyebutkan dalam kitabnya al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum
al-Qur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu
tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya, urutan turunnya di Mekkah dan di
Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam kategori
Madaniyahyah dan diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah,
tentang yang diturunkan di Mekkah mengenai penduduk Madinah dan yang diturunkan
di Madinah mengenai penduduk Mekkah, tentang yang serupa dengan yang diturunkan
di Mekkah (Makkiyah) tetapi termasuk Madaniyahyah dan serupa dengan yang
diturunkan di Madinah (Madaniyahyah) tetapi termasuk Makkiyah, dan tentang yang
diturunkan di Juhafah, di Bayt al-Maqdis, di Tha’if maupun Hudaibiyyah.
Demikian juga yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang, secara bersamaan
ataupun sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah atau
sebaliknya dan seterusnya; tema-tema itu keseluruhan berjumlah tidak kurang
dari 25 pokok bahasan. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu
Makkiyah dan Madaniyah.
Tema-tema tersebut merupakan persoalan penting
untuk didiskusikan dalam rangka mempeerdalam ilmu-ilmu al-Qur’an, namun
demikian dalam tulisan ini tidak akan dibahas semuanya, melainkan hanya
beberapa tema dasarnya saja yang dirasa sudah cukup sebagai pengantar. Hal
demikian semata-mata memprtimbangkan keterbatasan tempat dan waktu. Dan bukan
dalam artian memperkecil nilai tema-tema di atas.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan
tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa definisi atau pengertian dari surat Makkiyah dan
Madaniyah?
2. Bagaimana Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an?
3. Bagaimana karakteristik masing-masing Makkiyah dan
Madaniyah?
4. Apakah Urgensi dan faedah Makkiyah dan Madaniyah?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui definisi atau
pengertian Makkiyah dan Madaniyah
2.
Mengetahui klasifikasi Surat
Makkiyah dan Madaniyah
3.
Memahami ciri dan
karakteristik dari Surat Makkiyah dan Madaniyah
4.
Memahami urgensi dan faedah
mempelajari perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah
Ada beberapa definisi tentang al-Makkiyah dan
Madaniyah yang diberikan oleh para ulama yang masing-masing berbeda satu sama
lain. Hal ini dikarenakan perbedaan orientasi yang menjadi dasar tinjauan
masing-masing ulama tersebut.
Ada empat pendapat yang dikemukakan ulama
tafsir dalam hal ini :
1. Berdasarkan
Tempat Turunnya Suatu Ayat.
“
Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah, sekalipun sesudah hijrah,
sedang Madaniyah ialah yang diturunkan di Madinah”.
Berdasarkan rumusan di atas,Makkiyah adalah
semua surat atau ayat yang dinuzulkan di wilayah Mekkah dan sekitarnya.
Sedangkan Madaniyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di Madinah. Definisi
ini nampaknya mempunyai kelemahan, karena tidak mencakup ayat-ayat yang
diturunkan diluar mekkah dan madinah, seperti di Tabuk (QS. Al-Taubah: 43 ) dan
Bait Al-Maqdis pada malam Nabi isra’ (QS.Al-Zukhruf: 45).
2. Berdasarkan
Khittab/ Seruan/ Panggilan dalam Ayat Tersebut.
“
Makkiyah ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk
Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada
penduduk Madinah”.
Berdasarkan rumusan di atas, para ulama
menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang dimulai dengan redaksi Ya
Ayyuha an-Nas (wahai
sekalian manusia) dikategorikan Makkiyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah
pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan Ya
Ayyuha al-Ladziina Aamanu (wahai orang-orang yang
beriman) dikategorikan Madaniyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu telah
tumbuh benih-benih iman di dada mereka.
Definisi kedua ini, juga terdapat kelemahan,
karena tidak semua ayat yang dimulai dengan Ya Ayyuha an-Nas adalah
makkiyah, seperti surat An-Nisa’ adalah madaniyyah (QS.An-Nisa’:1). Demikian
juga pada surat Al-Baqarah adalah madaniyyah, sekalipun didalamnya terdapat
seruan dengan Ya Ayyuha An-Nas (QS.al-Baqarah : 21).
3. Berdasarkan
Masa Turunnya Ayat Tersebut.
“ Makkiyah ialah ayat yang diturunkan sebelum
Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar Mekkah, sedang Madaniyyah
ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun turunnya di Mekkah”.
Berdasarkan defenisi ini, maka ayat 3 dari
surat Al-Maidah ( Alyauma Akmaltu lakum Diinukum…) adalah madaniyah, meskipun diturunkannya di arafah (makkah) pada
hari jum’at ketika nabi melakukan haji wada’. Demikian pula ayat 58 dari surat
an-nisa’ ( Innalloha Ya’murukum An Ta’udduu ) adalah
madaniyah, sekalipun diturunkan di ka’bah (makkah) pada tahun pembebasan kota
makkah.
4.
Berdasarkan Kandungan/Isi dari Surat/Ayat.
“Setiap
surat yang didalamnya disebutkan hukum-hukum dan faraidh adalah madaniyyah, dan
setiap surat yang didalamnya disebutkan peristiwa-peristiwa masa lalu adalah
makiyyah”
Dari keempat defenisi tersebut di
atas, nampaknya yang lebih tepat adalah defenisi yang ketiga ini, namun perlu
diakui, bahwa masing-masing dari keempat defenisi tersebut mengandung unsur
yang bersamaan, yaitu : tempat/lokasi, sasaran/khitab, periode/waktu, isi/topik
dari surat/ayat yang turun itu.
B. Klasifikasi
Ayat-Ayat dan Surat-Surat Al-Qur’an
Pada umunya, para ulama membagi surat-surat
al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surat-surat Makiyyah dan Madaniyah.
Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat, sedangkan
Madaniyah ada 20 surat. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surat
Makiyyah ada 84 surat, sedangkan yang Madaniyah ada 30 surat.
Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu
dikarenakan adanya sebagian surat yang seluruhnya ayat-ayat Makkiyah atau
Madaniyah dan ada sebagian surat lain yang tergolong Makiyyah atau Madaniyah,
tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Karena itu dari
segi makiyyah dan madaniyyah ini, maka Surat-surat
al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam :
1. Surat-surat
Makiyyah murni, yaitu surat-surat Makiyyah yang seluruh ayat ayatnya juga
berstatus Makiyyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyah. Surat-surat yang
berstatus makiyyah murni ini, seluruhnya ada 58 surat, yang berisi 2.704 ayat.
Contohnya, Surat Al-Fatihah,Yunus,Al-Ra’ad,dll.
2. Surat-surat
Madaniyah murni, yaitu surat-surat Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Madaniyah semua,
tidak ada satupun yang Makiyyah. Surat-surat madaniyyah murni seluruhnya
menurut penelitian abdul djalal h.a (1988:99) ada 18 surat yang terdiri dari
737 ayat. Contohnya, surat Ali-Imran, an-Nisa’, Al-Nur, dll.
3. Surat-surat
Makiyyah yang berisi ayat Madaniyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya
kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyyah, sehingga berstatus Makiyyah, tetapi di
dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah. Surat-surat yang
demikian ini dalam Al-Qur’an ada 32 surat, yang terdiri dari 2699 ayat.
Contohnya, Surat al-An’am, al-A’raf, Hud,dll.
4. Surat-surat
Madaniyah yang berisi ayat Makiyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan
ayat-ayatnya adalah Madaniyah, sehingga berstatus Madaniyah, tetapi di dalamnya
ada sedikit ayatnya yang berstatus Makiyyah. Surat-surat yang demikian ini
dalam Al-Qur’an ada 6 surat yang terdiri dari 726 ayat, yaitu Surat
al-Baqarah,al-Maidah,al-Anfal,dll.
Dari keempat macam klafisikasi surat-surat
tersebut diatas, terkumpul 114 surat dan 6236 ayat, yaitu seluruh isi Al-Qur’an.
C. Ciri dan
Karakteristik Makiyyah dan Madaniyah
Para ulama telah menetapkan karakteristik
Makiyyah dan Madaniyah sebagai berikut :
a.
Ciri dan Karakteristik Surat Makiyyah
Ada
beberapa ciri dan karakteristik yang dimiliki Makiyyah di antaranya
1.
Didalamnya terdapat kata kalla كلاَّّ seperti :
كَلاَّ اِنَّهَا لَظَى
Artinya :
“Sekali-kali
tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak “ ( Q.S.
Al-Ma’arij : 15 ).
2. Setiap
surat yang di dalamnya terdapat ayat Sajdah termasuk Makiyyah. Seperti
dalam surat Al-A’raf ayat 206.
3. Setiap
surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu
termasuk Makiyyah, kecuali surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang keduanya
termasuk Madaniyah. Adapun surat al-Ra’d yang masih diperselisihkan. Contoh :
surat Yunus,Hud,Ibrahim,dll.
4. Setiap
surat yang dimulai dengan huruf abjad, alphabet (Tahjjiy) ditetapkan
sebagai Makiyyah, kecuali Alif Lam Mim pada surat Al-Baqarah dan Ali
‘Imran. Sebab keduanya adalah madaniyah.
5. Mengandung
seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan apa-apa
yang terjadi di akhirat. Di samping itu, ayat-ayat Makiyyah ini menyeru untuk
beriman kepada para rasul dan para malaikat serta menggunakan argumen-argumen
akal, kealaman dan jiwa. Dengan ungkapan Ya Ayyuha al-Nas atau Ya Ayyuha
al-Kafirun atau Ya Bani Adam.
6. Membantah
argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap
berhala-berhala mereka.
7. Mengandung
seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang hak tanpa
terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan
dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan.
8. Terdapat
banyak redaksi sumpah dan ayatnya pendek-pendek. Contohnya, Al-‘Ashr,
Asy-Syams, Adh-Dhuhaa, dll.
b.
Ciri dan Karakteristik Surat Madaniyah
Seperti
halnya dalam Makiyyah, Madaniyah pun mempunyai ciri-ciri karakteristik :
1. Setiap
surat yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan
yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan kenegaraan, termasuk
Madaniyah. Contohnya : surat al-Baqarah,an-Nisa’,al-Maidah,dll.
2. Setiap
surat yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang,
hukum-hukumnya, perdamaian dan perjanjian, termasuk Madaniyah. Contohnya : surat
al-Baqarah,at-Taubah,dll.
3. Setiap
surat yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk Madaniyah, kecual
surat Al-Ankabut yang di nuzulkan di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari
surat tersebut yang termasuk Madaniyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan
perihal orang-orang munafik. Contoh : surat al-Ahzab,al-Hadid,al-Munafiqun.dll.
4. Menjelaskan
hukum-hukum amaliyyah dalam masalah ibadah dan muamalah, seperti shalat, zakat,
puasa, haji, qisas, talak, jual beli, riba, dan lain-lain. Contoh : Ali-‘Imran,Al-Maidah,dll.
5. Sebagian
surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya
bahasanya cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama.
6. Berisi dakwah (seruan) kepada
orang-orang yahudi dan nasrani serta penjelasan akidah-akidah mereka yang yang
menyimpang. Contoh: al-Hujarat, al-Fath,dll.
7. Berisi ayat-ayat nida’ (panggilan)
yang ditujukan kepada penduduk madinah yang islam, yaitu : Ya Ayyuha
al-Ladziina aamanu.
D. Kegunaan
ilmu Makkiyah wal Madaniyah
Kegunaan ilmu / faedah ilmul Makkiyah wal
Madaniyah adalah banyak sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di dalam kitabnya
manahilul ’irfan menerangkan sebagian daripada kegunaan ilmu-ilmu ini, ialah :
a. Dengan
ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan
nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah,
sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian
dapat diketahui bahwa ayat yang satu Makkiyah, sedang ayat lainnya Madaniyah maka
sudah tentu ayat yang Makkiyah itulah yang di mansukh oleh ayat yang Madaniyah,
karena ayat yang Madaniyah adalah yang terakhir turunnya.
b. Dengan
ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya
yang bijaksana secara umum. Dan dengan demikian, kita dapat meningkatkan
keyakinan kita terhadap ketinggian kebijaksanaan islam di dalam mendidik
manusia baik secara perorangan maupun secara masyarakat.
c. Ilmu ini
dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian
al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an, sampai hal-hal yang
sedetail-detailnya, sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum
hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota
tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang
dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat yang turun pada malam hari dan siang
hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan
sebagainya.
d. Dapat
mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya Al
Qur’an, khususnya masyarakat Makkah dan Madinah.
e. Agar
kita dapat mengetahui fase-fase Islamiyyah yang telah ditempuh oleh
al-Qur’an secara bertahap dan sangat bijaksana.
f. Agar
kita dapat mengetahui uslub-uslub/gaya bahasanya yang berbeda-beda, mengingat
ayat-ayat itu diturunkan/ditujukan untuk beberapa golongan yang berbeda-beda,
yakni : orang-orang mukmin, orang-orang musyrik/kafir, oran-orang ahli kitab
dan termasuk pula orang-orang yang munafik.
Demikianlah beberapa faedah atau kegunaan
mempelajari ilmu al-Makkiy dan al-Madaniy yang merupakan satu cabang ‘Ulum
al-Qur’an yang sangat penting diketahui dan dikuasai oleh para muffasir
al-Qur’an, sehingga ia ada diantara ulama Muhaqqiqin, seperti Abu
al-Qosim al-Naisaburi (w.406 H.). Tidak membenarkan seorang menafsirkan
al-qur’an tanpa mengetahui ilmu ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengetahuan tentang ayat-ayat Mekkah dan
Madinah merupakan bagian yang terpenting dalam ‘Ulum Qur’an. Hal ini bukan saja
merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk memahami dan menafsirkan
ayat-ayat yang bersangkutan.
Sebagaian surat di dalam al-Qur’an berisi
ayat-ayat dari kedua periode tersebut dan dalam beberapa hal muncul perbedaan
pendapat dari kalangan para ulama tentang klasifikasi ayat-ayat tertentu.
Bagaimanapun juga secara keseluruhan memang
sudah berhasil disusun suatu pola pemisahan (pembagian) yang sudah mapan, dan
telah digunakan secara meluas secara ilmu tafsir, dan dijabarkan dari
bukti-bukti internal yang ada dalam teks al-Quran itu sendiri.
Definisi Al-Makiyyah dan Madaniyah oleh para
ahli tafsir meliputi berdasarkan tempat turunnya suatu ayat, berdasarkan
khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut, berdasarkan masa turunnya ayat
tersebut.
Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat
macam antara lain : Surat-surat Makiyyah murni, Surat-surat Madaniyah murni,
Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyah, Surat-surat Madaniyah yang
berisi ayat Makiyyah.
Karakteristik surat dan ayat-ayat Al-Qur’an ini
terbagi menjadi dua yaitu karakteristik Makkiyahdan karakteristik Madaniyah.
Adapun kegunaan mempelajari Ilmu ini antara
lain agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan mansukh, agar dapat mengetahui
sejarah hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum, mendorong keyakinan
yang kuat, agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah ditempuh oleh
Al-Qur’an secaa bertahap, agar dapat mengetahui keadaan lingkungan, situasi,
dan kondisi masyarakat pada waktu turun ayat-ayat Al-Qur’an, agar mengetahui
gaya bahasanya yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Chalik,
Chaerudji Abd. 2007. ‘Ulumul Qur’an. Jakarta. Diadit Media
Syaifullah. 2004. ‘Ulumul Qur’an. Ponorogo. Prodial Pratama Sejati Press.
Von Dennfer, Ahmad 1988. ‘Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rajawali
Quthan,Mana’ul. 1993. ‘Pembahasan Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rineka Cipta
Zuhdi, Masjufuk. 1982. ‘Pengantar ulumul Quran’. Surabaya. Bina Ilmu
Syaifullah. 2004. ‘Ulumul Qur’an. Ponorogo. Prodial Pratama Sejati Press.
Von Dennfer, Ahmad 1988. ‘Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rajawali
Quthan,Mana’ul. 1993. ‘Pembahasan Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rineka Cipta
Zuhdi, Masjufuk. 1982. ‘Pengantar ulumul Quran’. Surabaya. Bina Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar